Sabtu, 17 Juli 2010

Untuk Diri, Anak dan Cucu

Semangat untuk beribadahnya bisa menjadi tauladan. Di usia 71 tahun, Hj Sudarni masih sanggup memimpin wirid pengajian, puasa Senin-Kamis termasuk bulan lain disunatkan, hingga salat Tahajud tiap pukul 03.00 WIB. Ibadah baginya adalah kebahagiaan, persiapan akhirat dan bentuk rasa syukur terus menerus kepada Allah SWT.
Pukul 03.00 WIB, sudah puluhan tahun dilakoninya untuk bangun lalu mengambil wudhu melaksanakan salat Tahajud. Usai itu, bukan berarti nenek 20 cucu ini akan tidur lagi. Ia membiasakan diri dengan mengaji menjelang waktu salat Subuh tiba.

Setelah melaksanakan salat Subuh, aktivitasnya masih dilanjutkan dengan beres-beres rumah, lalu melakukan olahraga jalan pagi keliling rumah dan pekarangan. Setelah itu, ia akan disibukkan dengan memasak dan mengurus ternak itik dan ayam di belakang pekarangan rumah.

‘’Jam sembilan atau jam sepuluh, salat Duha. Salat Duha membuka pintu rezeki dan insya Allah hingga saat ini Allah SWT masih terus memberi nikmat sehingga bisa menyekolahkan tujuh anak hingga menjadi orang semuanya. Allah maha pemurah kepada keluarga saya dengan terus menerus memberikan kebahagiaan,’’ terang Hj Sudarni.

Di kediaman anaknya, Ridar Hendri, Fendri Jaswir atau Rita Husni di Pekanbaru, Hj Sudarni juga tidak pernah meninggalkan aktivitas rutinnya tersebut. Ia melaksanakan penuh ajaran Islam, bahwa hidup di dunia adalah sementara dan tujuan akhir tentu saja akhirat dimana amal ibadah yang menentukan tempat layak bagi seorang manusia.

‘’Saya selalu pesankan kepada anak-anak, supaya salat jangan pernah ditinggalkan karena itu tiang agama dan bekal kita ke akhirat kelak. Juga ibadah sunat lainnya, sebisa mungkin dikerjakan karena itu juga menjadi tambahan amal kita,’’ terangnya.

Begitu juga dengan berpuasa. Bagi Sudarni, adalah ajaran Islam yang tidak hanya dihitung sebagai amal ibadah saja, namun ternyata bisa memberikan dampak kesehatan. Dengan usianya yang sudah lanjut, Sudarni masih memiliki semangat melaksanakan puasa Senin-Kamis. Baginya, melaksanakan aktivitas ibadah wajib, sunat termasuk berpuasa malah memberikan tambahan semangat dan kesehatan baginya.

Sudarni juga memimpin wirid pengajian di lingkungan rukun tetangganya. Bukan hanya rumah ke rumah, tapi kadang wirid pengajiannya juga bertandang ke tempat lain untuk menghadiri pertemuan dan hal itu masih rutin dilakukannya dengan penuh semangat.

‘’Hingga saat ini saya masih diberikan Allah kesehatan sehingga masih kuat berpuasa dan melaksanakan ibadah. Saya terus mohonkan doa, supaya diberikan kesehatan untuk beribadah dan memberikan bimbingan kepada anak dan cucu,’’ terangnya.

Ada kekhawatiran yang kini dirasakan Sudarni. Bukan terhadap dirinya, tapi terhadap cucu-cucu yang jumlahnya sudah mencapai 20 orang. Ia menyebut, pengaruh dunia saat ini sangat mencemaskan terhadap perkembangan cucu-cucunya kelak. ‘’Pengaruh dunia sekarang bisa merusak anak. Saya terus bilang sama anak-anak, supaya cucu saya diberikan bekal agama dan jangan pernah lalaikan salat. Saya juga selalu doakan anak dan cucu-cucu saya supaya selalu beribadah dengan taat,’’ tuturnya.(len)


Umur : 71 tahun
Suami : (Alm) Jaswir R Ameh bin Said
Anak/ Menantu :
1. Ir Ridar Hendri MKom/ dr Hj Elmi Ridar SpA (Pekanbaru)
2. Hj Ridawati SPd (Bukittinggi)
3. Rita Husni AMd/ Mukhtar (Pekanbaru)
4. Ir H Fendri Jaswir MP/ Hj Eltikasal SPd (Pekanbaru)
5. Rudi Harlen SPd/ Nova Fitridayanti AMd (Padang)
6. Prof Dr Ir H Irwandi Jaswir MSc/ drg Fitri Oktavianti Sp Ort (Kualalumpur)
7. drg Widya Lestari MSc/ Dharmajaya Edwin (Tokyo)

Cucu : 20 orang

Untuk Diri, Anak dan Cucu

Semangat untuk beribadahnya bisa menjadi tauladan. Di usia 71 tahun, Hj Sudarni masih sanggup memimpin wirid pengajian, puasa Senin-Kamis termasuk bulan lain disunatkan, hingga salat Tahajud tiap pukul 03.00 WIB. Ibadah baginya adalah kebahagiaan, persiapan akhirat dan bentuk rasa syukur terus menerus kepada Allah SWT.
Pukul 03.00 WIB, sudah puluhan tahun dilakoninya untuk bangun lalu mengambil wudhu melaksanakan salat Tahajud. Usai itu, bukan berarti nenek 20 cucu ini akan tidur lagi. Ia membiasakan diri dengan mengaji menjelang waktu salat Subuh tiba.

Setelah melaksanakan salat Subuh, aktivitasnya masih dilanjutkan dengan beres-beres rumah, lalu melakukan olahraga jalan pagi keliling rumah dan pekarangan. Setelah itu, ia akan disibukkan dengan memasak dan mengurus ternak itik dan ayam di belakang pekarangan rumah.

‘’Jam sembilan atau jam sepuluh, salat Duha. Salat Duha membuka pintu rezeki dan insya Allah hingga saat ini Allah SWT masih terus memberi nikmat sehingga bisa menyekolahkan tujuh anak hingga menjadi orang semuanya. Allah maha pemurah kepada keluarga saya dengan terus menerus memberikan kebahagiaan,’’ terang Hj Sudarni.

Di kediaman anaknya, Ridar Hendri, Fendri Jaswir atau Rita Husni di Pekanbaru, Hj Sudarni juga tidak pernah meninggalkan aktivitas rutinnya tersebut. Ia melaksanakan penuh ajaran Islam, bahwa hidup di dunia adalah sementara dan tujuan akhir tentu saja akhirat dimana amal ibadah yang menentukan tempat layak bagi seorang manusia.

‘’Saya selalu pesankan kepada anak-anak, supaya salat jangan pernah ditinggalkan karena itu tiang agama dan bekal kita ke akhirat kelak. Juga ibadah sunat lainnya, sebisa mungkin dikerjakan karena itu juga menjadi tambahan amal kita,’’ terangnya.

Begitu juga dengan berpuasa. Bagi Sudarni, adalah ajaran Islam yang tidak hanya dihitung sebagai amal ibadah saja, namun ternyata bisa memberikan dampak kesehatan. Dengan usianya yang sudah lanjut, Sudarni masih memiliki semangat melaksanakan puasa Senin-Kamis. Baginya, melaksanakan aktivitas ibadah wajib, sunat termasuk berpuasa malah memberikan tambahan semangat dan kesehatan baginya.

Sudarni juga memimpin wirid pengajian di lingkungan rukun tetangganya. Bukan hanya rumah ke rumah, tapi kadang wirid pengajiannya juga bertandang ke tempat lain untuk menghadiri pertemuan dan hal itu masih rutin dilakukannya dengan penuh semangat.

‘’Hingga saat ini saya masih diberikan Allah kesehatan sehingga masih kuat berpuasa dan melaksanakan ibadah. Saya terus mohonkan doa, supaya diberikan kesehatan untuk beribadah dan memberikan bimbingan kepada anak dan cucu,’’ terangnya.

Ada kekhawatiran yang kini dirasakan Sudarni. Bukan terhadap dirinya, tapi terhadap cucu-cucu yang jumlahnya sudah mencapai 20 orang. Ia menyebut, pengaruh dunia saat ini sangat mencemaskan terhadap perkembangan cucu-cucunya kelak. ‘’Pengaruh dunia sekarang bisa merusak anak. Saya terus bilang sama anak-anak, supaya cucu saya diberikan bekal agama dan jangan pernah lalaikan salat. Saya juga selalu doakan anak dan cucu-cucu saya supaya selalu beribadah dengan taat,’’ tuturnya.(len)


Umur : 71 tahun
Suami : (Alm) Jaswir R Ameh bin Said
Anak/ Menantu :
1. Ir Ridar Hendri MKom/ dr Hj Elmi Ridar SpA (Pekanbaru)
2. Hj Ridawati SPd (Bukittinggi)
3. Rita Husni AMd/ Mukhtar (Pekanbaru)
4. Ir H Fendri Jaswir MP/ Hj Eltikasal SPd (Pekanbaru)
5. Rudi Harlen SPd/ Nova Fitridayanti AMd (Padang)
6. Prof Dr Ir H Irwandi Jaswir MSc/ drg Fitri Oktavianti Sp Ort (Kualalumpur)
7. drg Widya Lestari MSc/ Dharmajaya Edwin (Tokyo)

Cucu : 20 orang